top of page
Search
  • Writer's pictureFransiska Septi Ariani

Ragam Kisah Unik Dibalik Buku Fiersa Besari "11:11" oleh Fransiska Septi Ariani


Tepat pada tanggal 11 November 2018, seorang penulis sekaligus musikus yang biasa disapa Fiersa Besari ini kembali merilis album buku (albuk) keduanya yang berjudul “11:11” (dibaca: sebelas-sebelas). Buku yang menjadi karya kelimanya ini diterbitkan oleh penerbit Media Kita. Berbeda dengan album buku pertamanya “Konspirasi Alam Semesta”, yang disajikan dengan alur cerita yang saling berkaitan antar bab satu dengan yang lainnya. Kini penulis menyajikan albuk kedua dengan sebelas kumpulan cerpen serta sebelas lagu yang mewakili masing-masing babnya.

Tema dalam buku ini cenderung mengisahkan sebuah pengorbanan cinta. Di mana penulis menyajikannya dengan cara yang berbeda-beda. Sehingga, membuat para pembaca semakin tertarik dengan bab selanjutnya. Tetapi, Fiersa yang selama ini identik dengan karya yang membumi, realistis, dan kisah petualangan. Kali ini ia mencoba menuliskan beberapa kisah fantasi di dalamnya. Seperti ‘Acak Corak’ yang bercerita tentang percakapan antara malaikat dan iblis di sebuah halte bus. ‘Samar’ dengan perjalanan mimpi seorang Samara bersama Gugu – boneka kesayangannya –. ‘Kala’ yang bercerita tentang kehidupan di masa depan dan adanya planet Mars yang sudah menjadi tempat tinggal alternatif manusia selain Bumi. Juga ‘I Heart Thee’ yang menceritakan dua insan dari dunia berbeda yang saling jatuh cinta.

Fiersa juga masih lihai dalam pemilihan nama tokoh yang terbilang unik, seperti Api, Senggani, Elipsis, Balian, Langgas, Jagat, Adabana, Sakhi dan Alegori. Bukan hanya itu, nama tempat yang termuat di bab kelima ‘Samar’ juga cenderung unik dan sulit untuk diucap, seperti Omeyocan, Xoxoauhco, Nanatzcayan, Teoiztac, dan Tonatiuh. Albuk “11:11” ini memiliki tiga bab yang memuat pengulangan adegan. Salah satunya ada di dalam bab kedua ‘Melangkah Tanpamu’. Dalam bab tersebut, saya menemukan dua kali pengulangan adegan berikut, “Aku menampar pipi sendiri, takutnya ini hanya mimpi. Ternyata, sakit. Artinya, ini bukan mimpi.” (hal.43).

Alur serta ending yang digunakan cenderung beragam. Namun, ada beberapa cerita yang berakhir dengan meninggalkan pertanyaan. Salah satunya ada dalam kisah yang tertulis pada bab kedua ‘Melangkah Tanpamu’. Bahkan, saya sebagai pembaca sampai saat ini pun masih bertanya-tanya terkait kabar dan keberadaan Wira sekarang. Karena selama bertahun-tahun lamanya, ia seolah menghilang ditelan bumi. Tidak ada kabar sama sekali.

Meskipun cerita-cerita dalam albuk “11:11” ini tergolong sendu dan cengeng, Fiersa tidak lupa untuk mengajak pembaca agar lebih menghargai waktu dan menghargai mereka yang ada untuk kita dalam kondisi apapun. Sama seperti salah satu kutipan favorit saya yang terselip dalam kisah berjudul ‘Home’. “Bahwa ada hal yang lebih berharga dibandingkan uang, dan ia bernama ‘waktu’. Uang yang hilang bisa diganti, namun waktu yang hilang takkan pernah bisa kembali.” (hal.94).

Albuk “11:11” ini membuat saya banyak belajar dari pesan-pesan yang ada di dalamnya, seperti tentang pengorbanan cinta, menghargai waktu dan selalu bersyukur atas semua hal yang kita punya. Sebagai seorang pembaca sekaligus penggemar, saya akan bersikap objektif. Jika kamu tertarik untuk menyelami sisi lain dari Fiersa Besari, maka kamu wajib membaca buku “11:11” dan tidak membeli buku bajakan. Meskipun harganya terbilang sedikit mahal bagi kantong pelajar, tetapi kamu tidak akan rugi. Karena selain konsep sampulnya yang sederhana dan menarik, terdapat album yang berisi 11 lagu, buku ini juga masih menggunakan photocard sebagai pembatas bukunya.


Referensi buku

Besari, Fiersa. (2018). 11:11. Penerbit Media Kita.

4 views0 comments

Recent Posts

See All

TOXIC RELATIONSHIP (OPINI) oleh Fransiska Septi Ariani

Sejak kecil sampai dewasa setiap manusia baik secara sadar maupun tidak sadar sudah diajarkan mengenal ‘apa itu cinta’. Mereka bertumbuh dan berproses sejak mulai merasakan makna dari cinta. Cinta yan

Post: Blog2_Post
bottom of page